Senin, 20 Oktober 2014

LAKSANA BAYI “BENARKAH..”??



Sejatinya seorang yang melaksanakan puasa dengan benar sesuai dengan hukum syar’i sebagai mana petunjuk Nabi Muhhamad Saw (ittibah). Maka dihari raya idul fitri atau ketika puasa Ramadhan telah selesai dilaksanakan  maka seseorang yang melaksanakan puasa tersebut akan kembali kepada fitrahnya yaitu suci dan bersih. Orang yang telah melaksanakan puasa dibulan ramadahan secara utuh dan lengkap akan  dibersihkan dari segala dosa-dosa yang dilakukannya. Pada bulan Ramadhan juga seorang muslim berkesempatan untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya, bahkan ibadah yang sempurna pada bulan ramadhan akan menjadikan seorang muslim suci kembali bagaikan bayi yang baru lahir. Sesuai hadits shahih yang bermakna kurang lebih sebagai berikut” Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan ihtisab maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.”(HR. Bukhari)
Jika berbicara mengenai seorang bayi ada baiknya kita mengingat kembali serta memahami salah satu hadits berikut ini “Setiap anak yang dilahirkan didunia ini dalam keadaan bersih dan suci tergantung orang tuanyalah yang mau membuat dan menjadikan anak  menjadi majusi atau nasharoh”  Mengutip sebuah hadits tersebut kita sependapat bahwa bayi yang baru lahir adalah suci dan bersih dari segala dosa-dosa. Saya berharap, pembaca tidak berkeberatan kalau saya mengatakan bahwa sibayi yang baru lahir memilki aromah dan aurah Syurga.  Kenapa saya bisa berkata demikian, mungkin ini salah satu alasanya, coba anda perhatikan disekitar anda  Siapa yang tidak senang memandang, menatap dan bersama dengan seorang bayi yang lucu dan menggemaskan, siapa yang tidak senang menatap waja bayi nan lucu dan lugu. Semua kesenangan tersebut akan semakin berlipat kalau bayi yang dipandang dan dilihat adalah bayi anak kita sendiri.  Kesenangan seseorang terhadap bayi merupakan manifestasi atas kebersihan jiwa dan raga bayi dari segala dosa-dosa. Kesenangan seseoarang ketika menatap dan memandang bayi dikarenakan kesuciannya dan kebersihan zhohir dan batinya dari dosa-dosa. Walau terkesan berlebihan rasanya tidakla salah kalau saya menyimpulkan bahwa seorang bayi memilki aura Syurga.  
Nabi Muhhamad Saw. Adalah seorang mahsum, yaitu orang yang terbebas dari segala dosa-dosa. Nabi Muhhamad Saw akan selalu seperti kertas putih nan bersih dan tak pernah bernoda. Sehingga, tidakla heran para sahabat yang hidup semasa beliau akan terasa sejuk tak kala memandang wajah beliau dan akan merasa nyaman tak kala memandang mata beliau. Diwajah beliau terdapat keteduhan, keindahan dan kesejukan yang akan dirasakan oleh setiap orang yang memandangnya. walaupun setiap kata dan kalimat serta seluruh tulisan dikumpulkan tak akan mampu mengungkapkan dan melukiskan gambaran wajahnya. Semuanya itu terjadi bukan tanpa sebab melainkan Rosullullah adalah seseorang mahsum dan memiliki keindahan budi pekerti serta akhlak yang sangat mulia. Manifestasi kesemuanya itula yang menyebabkan semua orang senang dan tenang takkalah menatap,memandang serta bersama Beliau.  
Kembali kepada tofik puasa. Sekarang yang menjadi pertanyaan besar adalah kalau seandainya seseorang yang melaksanakan puasa dibulan ramadhan secara kaffah dan lengkap sesuai syar’I sebagai mana yang telah dituntunkan oleh Nabi Muhhamad Saw kita sepakat bahwa seseorang tersebut menjadi fitri kembali seperti seorang bayi yang baru lahir. Namun apakah benar semua orang akan mendapatkan keistimewaan tersebut? Coba ada perhatikan waja dan mimik sahabat anda, teman anda atau juga orang-orang yang berada di lingkungan dimana anda tinggal yang telah melaksanakan puasa sebulan lamanya. Apakah ketika anda memandangnya seperti anda memandang dan melihat seorang bayi yang lucu apakah anda merasakan keteduhan.? Apakah pada saat anda memandangnya anda merasa tenang dan nyaman ataupun teduh sama ketika anda ketika memandang seorang bayi. Jawabannya tentu saja tidak. Tau kenapa” ? kalau la itu tidak kita rasakan akan sangakat mungkin timbul pertanyaan dalam hati kita mungkinkah ada yang salah dengan puasa yang kita lakukan?
 Beberapa jawaban dari pertanyaan tersebut silahkan diinterprestasikan sendiri dengan cara tanyakan di dalam hati anda, apakah puasa saya atau puasa yang mereka kerjakan sudah benar. Apakah puasa kita sudah sesuai dengan contoh yang di tuntunkan oleh Nabi Muhhamad Saw. Apakah larangan-larangan yang semestinya kita tinggalkan pada saat bulan puasa memang benar-benar sudah kita tinggalkan. Jawaban dari pertanyaan tersebut ada pada hati kita sendiri sebenarnya kita memilki jawabanya. 
Sebenarnya saya mengkhawatirkan jangan-jangan kita adalah salah satu kaum sebagai mana yang pernah disampaikan oleh Nabi Muhhamad saw dalam haditsnya  kurang lebih Berbunyi “Berapa banyak orang yang puasa, tapi tidak dapat apa-apa kecuali haus dan lapar.” (Hadits Riwayat Bukhari-Muslim)“ dari itu Mari dan mari selalu dan selalu untuk terus-menerus mencoba bermuhasabah atas ibadah yang kita lakukan.
Puasa adalah ritual vertical sang hamba langsung dengan Allah Swt. Karena sejatinya tak seorang pun dapat menilai dan menebak nilai puasa seseorang yang dilakukannya. Out put dari ritual puasa bukan sekedar urusan keduniawian saja apa lagi seperti yang saya Analogikan tadi. Yaitu, menganalogikan manfaat puasa dengan wajah seorang bayi sungguh bukan itu maksud dan kesimpulan yang hendak saya tanamakan dalam fikiran kita. Analogi tersebut hanya merupakan renungan pribadi penulis sesaat yang jauh dari kebenaran. Namun demikian, analogi tersebut  patut dijadikan bahan pemikiran dan perenungan sebagai bahan motivasi dan cambuk agar kita selalu memperbaiki ibadah yang kita lakukan (Baturaja   Oktober , 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengunjung Blog yang baik adalah yang meninggal kan bekas...
jangan perna ragu menyuarakan pendapatmu....