Tulisan ini murni hanya pendapat pribadi tidak mewakili,
kelompok, golongan maupun institusi
tempat dimana saya mencari sesuap nasi. Tulisan ini juga tidak ada maksud untuk
mendeskreditkan maupun mendukung salah satu pasangan dalam pemilihan kepala daerah
kabupaten OKU periode 2016-2019 ini murni pandangan dan opini serta pemikiran
manusia biasa yang fakir akan ilmu.
Gaung serta gema pemilihan kepala
daerah dikabupaten oku sudah semakin terasa. Upaya saling menjatuhkan dan
menjelek-jelekan calon lawan seperti bukan
salah satu upaya yang haram lagi. Sikut menyikut serta tarik menarik
kepentingan dalam menggunakan kewenangan dan kekuasaan menjadi bumbu yang
semakin kentara dan sungguh tidaklah elok dipandang mata. Hasut-menghasut yang
dilakukan para juru kampanye serta massa simpatisan sudah setiap hari menjadi
konsumsi telinga. Silaturohhim dadakan yang terkesan dipaksakan pun terkadang
menjadi bahan tertawaan. Karena, tak jarang kedua kandidat saling bertemu dan
duduk bersamaan secara kebetulan dalam satu kegiatan ceremonial dalam rangka
mencari panggung dan menarik simpati khlayak ramai. Sebenarnya bukan tanpa
alasan hal tersebut dilakukan. Kesemuanya dilakukan hanya demi mencari dan meningkatkan elektabilitas masing-masing
calon untuk selanjutnya mengharapkan keterpilihan mereka pada saat hajat besar 09
Desember 2015 nanti ditunaikan.
Mengamati perkembangan situasi politik di
kabupaten OKU menjelang dilaksanakannya hajat besar demokrasi pada tanggal 09 Desember
2015 mendatang maka tidaklah salah rasanya kalau saya berkicau dan berkata
bahwa “ kelak seorang kepala daerah yang
lahir/terpilih dari rahim demokrasi
langsung pada tanggal 09 Desember 2015
khususnya di kabupaten OKU nantinya adalah calon kepalah daerah yang terbaik dari
pada kandidat lainnya “ seseorang yang menjadi pemenang dalam pemilihan pada
tanggal 09 Desember 2015 nantinya adalah kandidat yang mempunyai kredibilitas
dan Kapabelitas yang mempuni dari pada kandidat lainnya. Karena, sejatihnya
pemimpin yang lahir dan terpilih dari
proses pemilihan langsung masyarakatnya merupakan representatif harapan para
konstituennya. Tidak begitu sulit untuk
dicernah suatu ketika disuatu wilayah diadakan pemilihan langsung untuk
mengangkat salah satu pemimpin untuk memimpin disalah satu wilayah tersebut maka masyarakat yang ada diwilayah itu akan
berusaha memilih yang kandidat terbaik. Sampai disini saya mengaminkan bahwa
pemimpin yang menjadi pemenang dalam demokrasi “seharusnya” adalah pemimpin yang terbaik.
Sejalan perkembangan peradaban,
situasional perekonomian yang fluktuatif, serta perkembangan proses demokrasi
yang ada sekarang indikator bahwa “pemenang atau calon yang terpilih dalam pemilihan
langsung adalah calon terbaik tidak dapat menjadi acuan lagi” pemimpin
yang terpilih adalah calon pemimpin yang terbaik sudah menjadi cerita usang
yang seakan kian memudar. Dengan beberapa alasan berikut.,
Pemimpin yang kelak menjadi pemenang
akan sangat dipengaruhi oleh konstituen
atau jenis tipelogi pemilih yang ada di wilayah yang sedang melaksanakan
pemilihan. Mengutip tulisan seorang dosen sekaligus mahasiswa yang sedang menempuh program Doktoral di
Universitas padjajaran Bandung Hendra Alfani S.Sos.,M.I.Kom. dalam article
tulisannya mengatakan bahwa, setidakanya ada tiga jenis tipelogi pemilih dalam
proses demokrasi langsung. Pertama, tipelogi pemilih
tradisional. Tipelogi pemilih tradisional yaitu tipelogi pemilih yang lebih
mengedepankan pilihannya dari sudut pandang hubungan emosioanal, tipelogi yang
lebih mengedepankan pilihannya karena merasa adanya kesamaan asal kelahiran,
suku, atau secara geografis berasal dari daerah yang sama, tipelogi pemilih tradisional
biasanya akan lebih mengedepankan pilihannya dikarenakan adanya hubungan
kekerabatan ataupun hubungan kekeluargaan. Kedua, tipelogi pemilih rasional.
Tipelogi pemilih rasional adalah tipelogi pemilih pada saat melakukan pemilihan lebih mengedepankan
pilihannya dengan menilai kapabilitas dan kredibilitas orang yang akan
dipilihnya, tipelogi pemilih rasional
biasanya juga akan sangat memperhitungkan rekam jejak maupun bakcground pendidikan serta latar
belakang calon yang akan dipilihnya. Tipelogi pemilih rasional yang idealis akan
mengabaikan unsur lain yang bertentangan dengan prinsip-prinsip yang rasional. Seperti,
hubungan emosional,
kekeluargaan,kesamaan suku, asal dan lain sebagainya. Ketiga, tipelogi pemilih transaksional. Tipelogi pemilih
transaksional adalah tipelogi pemilih yang lebih mengedepankan pemilihannya
dari sudut pandang komersil. tipelogi pemilih yang lebih mengedepankan
pemilihannya dengan menjadikan suara pilihannya menjadi bahan transaksi politik
dengan kata lain pemilih tipe ini menginginkan adanya proses take and give dari aspirasi suaranya. Dalam skala besar tipelogi pemilih ini
menyasar kepada organisasi-organisasi, LSM serta partai-partai berikut
kader-kader pengurusnya. Dalam skala besar di tipelogi pemilih seperti ini rentan terjadinya transaksi politik maupun
pernjanjian politik. Sicalon
mengharapkan keterpilihan dan dukungan
dan si pendukung mengharapkan jabatan, proyek serta imbalan (take and
give) perpaduan yang cocok. Dalam skala kecil tipologi pemilih transaksional
biasanya menyasar kepada masyarakat menengah kebawah. Money politik untuk
membeli suara sangat rentan terjadi pada level ini. Keadaan ekonomi yang
sulitpun terkadang dijadikan kambing hitam untuk menghalalkan transaksi haram
yang dilakukan.
Menyimpulkan dari penjabaran 3 (tiga)
jenis tipelogi pemiih tersebut maka dapat di prediksi bahwa kalau seandainya
tipelogi pemilih tradisional adalah tipelogi yang dominan yang ada di kabupaten
oku , maka dapat dipastikan bahwa pemenang pada tanggal 09 Desember 2015 mendatang adalah
calon yang memiliki keluarga besar, serta calon yang memiliki banyak hubungan
kekerabatan yang baik, suku, ataupun adanya kesamaan geografis yang cukup besar dengan konstituen yang ada di
kabupaten OKU. Sebaliknya, calon yang tidak memiliki hubungan emosional yang
cukup baik, atau pun calon yang tidak bersal dari daerah ataupun suku yang sama
dengan pemilih yang ada di kabupaten OKU kemungkinan besar tidak akan terpilih.
Namun, seandainya jika tipelogi pemilih yang rasionallah yang dominan di kabupaten
OKU maka dapat dipastikan bahwa pemenang dalam perebutan kursi nomor satu di
Kabupaten OKU pada tanggal 09 Desember 2015 mendatang adalah calon yang
memiliki kredibilitas, kapabilitas rekam jejak serta latar belakang yang baiklah
yang akan terpilih menjadi pemenang. Pada kemungkinan terakhir kalau seandainya
ternyatah tipelogi pemilih transaksionallah yang dominan di kabupaten OKU maka
dapat dipastikan bahwa pemenang dalam perebutan orang nomor satu di kabupaten
OKU adalah calon yang memiliki kekuatan massa, Pengaruh besar, serta kekuatan
financial yang mempuni.
Memprediksi pemenang Pilkada Kabupaten
OKU 09 desember 2015 mendatang berdasarkan jenis/tipelogi pemilih sebenarnya
tidak begitu dapat dijadikan tolak ukur. Namun, sah-sah saja dilakukan karena
dalam politik itu penuh ketidak pastian dan kita berhak meramalkan dan
memperhitungkan. Akhirnya mari kita tunggu hajat besar demokrasi 09 desember
2015 nanti. Siapapun yang menjadi pemenang kelak adalah representasi tipelogi pemilih
yang ada. Tradisinal, rasional, ataupun transaksinal kita pemilih yang
menentukan.