polisi angkatan XXVIII polres oku |
Namun di sisi yang lain juga tak sedikit orang-orang yang mengagung-agungkan profesi tersebut, menganggap profesi tersebut sebagai penyelamat dikala seseorang dalam ketakutan , menjadi pahlawan di kala dalam keadaan rawan dan mencekam menjadi penyelamat ketika seseorang dalam ketakutan. terlebih lagi bagi mereka yang memiliki sepenggal kisah perna di selamatkan jiwanya oleh seorang anggota polri. mungkin baginya polisi adalah sang penyelamat yang kehadiran nya sangat dinanti-nantikan .
Cobala kita bertanya pada masyarakat tanyakan persepsi mereka mengenai sosok polisi , coba kita bertanya kepada mereka korban tsunamai aceh atau korban korban bencana lainnya yang di evakusi oleh badan sar nasional beserta anggota polri setempat ,coba anda tanyakan persepsi mereka mengenai polisi kepada mereka korban – korban kecelakaan lalu lintas yang di selamatkan oleh polisi, coba anda tanyakan kepada mereka korban –korban kejahatan yang di selamatkan oleh polisi . coba kita tanyakan pada anak anak kecil yang sering di bantu oleh polisi lalu lintas ketika menyeberang jalan , coba tanyakan kepada mereka bagai mana persepsi mereka tersebut mengenai anggota polri, maka dapat di simpulkan pasti kata – kata yang keluar dari mulut mereka adalah sunggu polisi penyalamat kami, sunggu mereka adalah pahlawan kami.
Namun sebaliknya cobala anda tanyakan persepsi mereka mengenai polisi pada korban-korban kekerasan Reformasi 1998 ,tanyakan pada korban kekerasan trisakti 1998 ketika bumi pertiwi ini dipimpin oleh rezim yang otoriter . coba tanyakan pada mereka yang sering mengemis-ngemis keadilan kepada polisi yang laporan mereka seakan akan tak di pedulikan oleh polisi , coba anda tanyakan kepada mereka yang menjadi korban kekerasan yang di lakukan oleh oknum polisi , coba anda tanyakan kepada mereka, korban yang akibat kesalahan mereka kemudian kesalahan mereka tersebut sering di komersilkan oleh oknum polisi. Coba anda tanyakan kepada keluarga korban tragedy Mesuji berdara di Bandar Lampung yang baru-baru ini hangat di bicarakan , coba anda tanyakan kepada mereka. Maka jawaban nya tak terbantahkan bahwa polisi kejam ,polisi jahat, polisi tak berprikemanusiaan dan lain-lain .
Begitula dualisme persepsi masyarakat kebanyakan mengenai profesi anggota polri . walau hanya segelintir oknum yang melakukan kejelekan dan kejahatan maka rusakla seluruhnya di mata masyarakat. Namun juga sebaliknya suatu ketika oknum polisi melakukan kebaikan , melakukan pertolongan kepada masyarakat maka akan elokla seluruhnya persepsi masyrakat mengenai polisi . oleh karena mengapa ? hal ini di karenakan sifat dan karakteristik budaya berfikir masyarakat kita yang sering meberikan perseptual dan kognitif dari suatu substruktur di kait-kaitakn dengan sifat-sifat strukturnya secara keseluruhan. ( krech & crutchfield 1985;58 psikologi komunikasi ) artinya, jika individu di anggap bagian dari suatu kelompok atau bagian dari suatu organisasi maka sifat dan prilaku individu tersebut akan di anggap mewakili sifat dan karekteristik kelompoknya atau organsisasinya dan sifat-sifat individu yang tergabung dalam suatu kelompok tersebut akan tertutupi oleh sifat dan karakteristik yang melekat pada sifat-sifat kelompok atau organisasi .
Misalnya seorang yang bernama Rahmatilah berprofesi sebagai anggota polri. Suatu ketika rahmatilah melakukan kebaikan , menyelamatkan nyawa orang banyak, rela berkorban jiwa dan raganya demi kepentingan dan keselamatan oarang lain maka perseptual dan kognitif yang berkembang di masyarakat sungguh polisi sang penyelamat , polisi itu pahlawan , polisi itu guardian angel , dengan demikian masyarakat tidak akan mempokuskan perhatian mereka kepada sosok Rahmatillah sebagai substruktur, pencitraan masyarakat tidak hanya tersentral kepada sosok Rahmatilla sebagai pahlawan nya namun masyarakat akan lebih menegedepankan struktur rahmat sebagai Anggota Polri , perseptual & kognitif yang berkembang adalah bahwa prilaku Rahmat merupakan perwakilan sifat dan karekter organisasinya ataupun kelompoknya. Walaupun yang melakukan merupakan peranan yang di lakukan secara individual maka tetap saja masyarakat akan meberikan persepsi dan kognitif mereka beradasarkan strukturnya yaitu sebagai anggota Polri. hal ini di karenakan manusia selalu memandang dan memberikan stimulus dalam konteksnya dan dalam sturkturnya ia pun akan mencoba mencari sturktur pada rangakain stimuli (Jalaludin rakhmat,1985;59,psikologi komunikasi) dengan demikian menurut dalil ini , jika individu di anggap sebagai anggota kelompok , semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat-sifat kelompok akan sangat di pengaruhi oleh ke anggotaan kelompoknya dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.
Bila Beni Hanggara adalah seorang peragawan , berjas dan berdasi kita akan memberikan persepsi seperti ini “beni hanggara berpakaian necis ,rapi dan menawan kita memberikan persepsi berdsarkan keanggotaan nya dalam suatu kelompok yaitu Beni hanggara sebagai peragawan (asimilasi). bila Parjo adalah tukang kebun kita lalu dia menggunakan jas ,dasi atau pakaian yg mahal maka persepsi kita akan berkata “parjo necis,rapi”namun apakah benar ungkapan tersebut . yang ada kita akan memberikan ungkapan yg berlebihan di karenakan tingka lakunya tidak sesuai atau bertentangan dengan sifat kelompoknya/strukturnya .
bila kita lihat sifat-sifat objek persepsi kita bertolak belakang dengan sifat-sifat kelompoknya itu namanya ( kontras) dalam rangka inilah kita memahami mengapa skandal seks yang dilakukan oleh seorang Guru agama lebih jelek dari pada skandal seks yang dilakukan oleh seorang pemain film , atau mengapa polisi yang mencuri lebih jahat dari pada seorang gelandangan yang melakukan hal yang sama . karena manusia memberikan stimulus dalam konteks strukturnya. Bukan berdasarkan substrukturnya , manusia cenderung memberikan penilaian kepada orang lain berdasarkan dari kelompok mana mereka tergabung.
Memang terkesan tidak adil sih,,namun itulah faktanya yang terjadi . tanpa bermaksud mendeskreditkan salah satu suku ataupun orang lain , perna suatu waktu sekitar di pertengahan tahun 2009 saya mengenalkan teman wanita saya kepada orang tua saya dan saat itu saya mengajaknya kerumah orang tua saya di sebua desa terpencil di desa Bandar Agung kec Lubuk Batang Kab.Oku , teman wanita saya tersebut berdara asli padang , saat itu ketika orang tua saya mengetahui bahwa teman wanita saya tersebut berasal dari padang , persepsi yang pertama yang di katakan oleh orang tua saya yaitu “ gino kata orang tua saya ‘’’orang padang itu biasanya pelit “memang saat itu orang tua saya berkata sambil tersenyum dan tertawa seakan akan dia ingin menunjuknan bahwa apa yang di ucapkan nya hanya guyonan atau candaan, namun kalau di amati secara tak langsung berarti orang tua saya memandang teman wanita saya tersebut berdasarkan strukturnya yaitu orang padang, bukan berdasarkan individualnya (setereotif) dan saya yakin hal ini bukan hanya berlaku bagi orang tua saya namun juga berlaku bagi orang-orang lain termaksud saya sebagai penulisnya. So berhati-hatila bertindak dan berprilaku ketika kita sudah tergabung dalam suatu struktur / organisasi karana, mau tidak mau suka tidak suka orang lain akan mempersepsikan prilaku kita tersebut adalah bagian prilaku struktur kita. Kita tidak akan mampu membendung dan menghalangi orang lain mempersepsi atas apa yang kita lakukan. Sebenarnya secara tak sadar kita masing-masing individual bertanggung jawab atas pencitraan terhadap struktur kita . kalau suatu saat institusi/organisasi kita di pandang jelek orang lain..jangan heren mungkin kita adalah salah satu orang yang turut berkontribusi membuat jelek struktur kita melalui tingka laku kita yang kontras dan bertolak belakang dengan struktur kita.
Gino makusuci |
Saat saya sedang melaksanakan tugas jaga tanggal 19 Desember 2011 di pos polisi pasar atas ,saat itu saya di kunjungi oleh teman saya yang berprofesi sebagai Anngota polri yang berdinas di polsek sinar Peninjauan . dia mengatakan bahwa istrinya kemarin mau meminjam uang di salah satu leising di Baturaja dengan menggadaikan BPKB kendaraanya , pada awalnya semuanya berjalan lancar dan tanpa hambatan , namun suatu ketika pinjaman tersebut samapai pada tahap pertanggung jawaban atas nama teman saya yang berpropesi sebagai anggota polri tersebut , pihak liesing langsung membatalkan pinjaman tersebut. Menurut teman saya pihak leising tidak memperkenankan lagi anggota polri / Tni meminjam uang di tempat mereka . usut punya usut ternyata dulu perna ada Anggota Polri/Tni yang meminjam dan mengkredit barang dan uang di leiseng mereka . namun anggota pori dan Tni tersebut tak melunasinya dan melakukan penonggakan pembayaran. Jadilah mereka (pihak liesing) tdk mau lagi meminjamkan dan mengkreditkan barang barang/ uang mereka kepada Anggota Polri dan TNI . ternyata budaya berfikir setereotif bukan lagi melekat pada individu namun sudah melekat pada suatu perat uran formal dalam suatu perusahaan . mereka cenderung lebih suka mendifinisikan dahulu baru melihat , dengan mengabaikan melihat dulu lalu mendifinisikan .
sekarang kita memahami bahwa budaya berfikir masyrakat sering memandang
suatu objek berdasarkan konteknya atau strukturnya dan sering
mengeneralisasikan suatu objek berasarkan sifat kelompoknya atau ke anggotaan
nya dari suatu organisasi yang di ikutinya maka selanjutnya tugas kita ,adalah
menjaga etika profesi kita sebaik baiknya guna pincitraan sebaik-baikny di mata
masyarakat karena kita memiliki tanggung jawab atas struktur kita
Alangkan indahnya suatu ketika seorang
polisi dengan seragam dinas kebanggaanya
sambil memakai baret berwarna coklat tua, lengkap dengan senjata s1v2 di
topang oleh tangan kanan nya, senjata
di gantung di depan dadanya namun di
tangan sebelah kirinya menuntun &memapa seorang nenek–nenek tua yang hendak
menyeberang jalan raya. terdengar sederhana memang , namun anda bisa bayangkan
pencitraan yang akan berkembang.walau perbuatan tersebut di lakukan secara
individual namun sekali lagi masyarakat akan mencari dan menuntun fikiran
mereka untuk mencari konteks struktur orang yang melakukan perbuatan tersebut (Gino Makusuci )
see you to the next article