Sejatinya seorang yang melaksanakan puasa dengan benar
sesuai dengan hukum syar’i sebagai mana petunjuk Nabi Muhhamad Saw (ittibah).
Maka dihari raya idul fitri atau ketika puasa Ramadhan telah selesai
dilaksanakan maka seseorang yang
melaksanakan puasa tersebut akan kembali kepada fitrahnya yaitu suci dan bersih.
Orang yang telah melaksanakan puasa dibulan ramadahan secara utuh dan lengkap
akan dibersihkan dari segala dosa-dosa
yang dilakukannya. Pada bulan Ramadhan juga seorang muslim berkesempatan untuk
meraih pahala sebanyak-banyaknya, bahkan ibadah yang sempurna pada bulan
ramadhan akan menjadikan seorang muslim suci kembali bagaikan bayi yang baru
lahir. Sesuai hadits shahih yang bermakna kurang lebih sebagai berikut” Barang
siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan ihtisab maka akan diampuni
dosa-dosanya yang lalu.”(HR. Bukhari)
Jika berbicara mengenai seorang bayi ada baiknya kita
mengingat kembali serta memahami salah satu hadits berikut ini “Setiap anak yang dilahirkan didunia ini
dalam keadaan bersih dan suci tergantung orang tuanyalah yang mau membuat dan
menjadikan anak menjadi majusi atau
nasharoh” Mengutip sebuah hadits
tersebut kita sependapat bahwa bayi yang baru lahir adalah suci dan bersih dari
segala dosa-dosa. Saya berharap, pembaca tidak berkeberatan kalau saya
mengatakan bahwa sibayi yang baru lahir memilki aromah dan aurah Syurga. Kenapa saya bisa berkata demikian, mungkin
ini salah satu alasanya, coba anda perhatikan disekitar anda Siapa yang tidak senang memandang, menatap dan
bersama dengan seorang bayi yang lucu dan menggemaskan, siapa yang tidak senang
menatap waja bayi nan lucu dan lugu. Semua kesenangan tersebut akan semakin
berlipat kalau bayi yang dipandang dan dilihat adalah bayi anak kita sendiri. Kesenangan seseorang terhadap bayi merupakan
manifestasi atas kebersihan jiwa dan raga bayi dari segala dosa-dosa.
Kesenangan seseoarang ketika menatap dan memandang bayi dikarenakan kesuciannya
dan kebersihan zhohir dan batinya dari dosa-dosa. Walau terkesan berlebihan
rasanya tidakla salah kalau saya menyimpulkan bahwa seorang bayi memilki aura
Syurga.
Nabi
Muhhamad Saw. Adalah seorang mahsum, yaitu orang yang terbebas dari segala
dosa-dosa. Nabi Muhhamad Saw akan selalu seperti kertas putih nan bersih dan
tak pernah bernoda. Sehingga, tidakla heran para sahabat yang hidup semasa
beliau akan terasa sejuk tak kala memandang wajah beliau dan akan merasa nyaman
tak kala memandang mata beliau. Diwajah beliau terdapat keteduhan, keindahan
dan kesejukan yang akan dirasakan oleh setiap orang yang memandangnya. walaupun
setiap kata dan kalimat serta seluruh tulisan dikumpulkan tak akan mampu
mengungkapkan dan melukiskan gambaran wajahnya. Semuanya itu terjadi bukan
tanpa sebab melainkan Rosullullah adalah seseorang mahsum dan memiliki
keindahan budi pekerti serta akhlak yang sangat mulia. Manifestasi kesemuanya
itula yang menyebabkan semua orang senang dan tenang takkalah menatap,memandang
serta bersama Beliau.
Kembali
kepada tofik puasa. Sekarang yang menjadi pertanyaan besar adalah kalau
seandainya seseorang yang melaksanakan puasa dibulan ramadhan secara kaffah dan
lengkap sesuai syar’I sebagai mana yang telah dituntunkan oleh Nabi Muhhamad
Saw kita sepakat bahwa seseorang tersebut menjadi fitri kembali seperti seorang
bayi yang baru lahir. Namun apakah benar semua orang akan mendapatkan
keistimewaan tersebut? Coba ada perhatikan waja dan mimik sahabat anda, teman
anda atau juga orang-orang yang berada di lingkungan dimana anda tinggal yang
telah melaksanakan puasa sebulan lamanya. Apakah ketika anda memandangnya
seperti anda memandang dan melihat seorang bayi yang lucu apakah anda merasakan
keteduhan.? Apakah pada saat anda memandangnya anda merasa tenang dan nyaman
ataupun teduh sama ketika anda ketika memandang seorang bayi. Jawabannya tentu
saja tidak. Tau kenapa” ? kalau la itu tidak kita rasakan akan sangakat mungkin
timbul pertanyaan dalam hati kita mungkinkah ada yang salah dengan puasa yang
kita lakukan?
Beberapa jawaban
dari pertanyaan tersebut silahkan diinterprestasikan sendiri dengan cara
tanyakan di dalam hati anda, apakah puasa saya atau puasa yang mereka kerjakan
sudah benar. Apakah puasa kita sudah sesuai dengan contoh yang di tuntunkan
oleh Nabi Muhhamad Saw. Apakah larangan-larangan yang semestinya kita
tinggalkan pada saat bulan puasa memang benar-benar sudah kita tinggalkan.
Jawaban dari pertanyaan tersebut ada pada hati kita sendiri sebenarnya kita
memilki jawabanya.
Sebenarnya saya mengkhawatirkan jangan-jangan kita adalah
salah satu kaum sebagai mana yang pernah disampaikan oleh Nabi Muhhamad saw
dalam haditsnya kurang lebih Berbunyi ““Berapa banyak orang yang puasa, tapi tidak dapat apa-apa kecuali haus dan lapar.” (Hadits Riwayat Bukhari-Muslim)“ dari itu Mari dan mari selalu dan selalu untuk terus-menerus mencoba
bermuhasabah atas ibadah yang kita lakukan.
Puasa adalah ritual vertical sang hamba langsung dengan
Allah Swt. Karena sejatinya tak seorang pun dapat menilai dan menebak nilai
puasa seseorang yang dilakukannya. Out put dari ritual puasa bukan sekedar
urusan keduniawian saja apa lagi seperti yang saya Analogikan tadi. Yaitu,
menganalogikan manfaat puasa dengan wajah seorang bayi sungguh bukan itu maksud
dan kesimpulan yang hendak saya tanamakan dalam fikiran kita. Analogi tersebut
hanya merupakan renungan pribadi penulis sesaat yang jauh dari kebenaran. Namun
demikian, analogi tersebut patut
dijadikan bahan pemikiran dan perenungan sebagai bahan motivasi dan cambuk agar
kita selalu memperbaiki ibadah yang kita lakukan (Baturaja Oktober , 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pengunjung Blog yang baik adalah yang meninggal kan bekas...
jangan perna ragu menyuarakan pendapatmu....